Senin, 26 November 2012

Recycle

UPAYA DAUR ULANG BATERAI KARBON
SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Oleh
Herlini Melianasari

Pendahuluan

Gbr. Baterai Karbon
Perkembangan tekonologi di era globalisasi sekarang ini dapat dikatakan sangat pesat dan dinamika perkembangan teknologi yang tiada henti ini sering berdampak negatif pada pelestarian lingkungan, dimana masyarakat pengguna sering kali kurang mempedulikan akan dampak dari barang yang telah digunakannya (sampah) terhadap pencemaran lingkungan sekitar.

Sehingga fungsi lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. Sumber daya alam yang sangat berguna dan membantu manusia akan dapat berdampak negatif, jika tidak dikelola dengan baik. Masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan benda sisa yang sudah tidak bermanfaat lagi dan seharusnya dibuang sehingga tidak mengotori atau dapat dikatakan sampah merupakan barang sisa yang tidak diinginkan keberadannya. Budaya membuang sampah sembarangan selama ini masih banyak dijumpai, padahal sampah yang bersifat anorganik seperti batu baterai apabila dibuang sembarangan akan berdampak pada pencemaran lingkungan, dikarenakan unsur yang terkandung di dalam baterai merupakan bahan-bahan kimia yang tergolong dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti belerang, air raksa, asam sulfat, seng, amonium klorida, antimon, kadmium, perak, nikel, hidrida logam nickel, litium, hidrida, kobalt, mangan, nitrogliserin, dan  rubidium, yang perlu diawasi baik proses pengolahan limbahnya maupun penempatan dari hasil pengendapannya harus ditempatkan pada tempat atau lokasi khusus limbah B3. Limbah dapat dikatakan sebagai  limbah (B3) apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik antaralain mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, penyebab infeksi, dan bersifat korosif. Bahan kimia yang terkandung dalam baterai karbon sebagian besar beracun contohnya belerang atau nikel yang biasa digunakan dipasaran. Apabila jumlah komposisi belerang, nikel atau bahan kimia yang lain dengan jumlah berlebihan dalam hal ini sampah baterai karbon itu terbuang di lingkungan maka, akan berdampak negatif baik pada tanah ataupun air disekitarnya. Sampah-sampah ini akan mencemari unsur tanah dan membahayakan kesehatan makhluk hidup terutama manusia. Tanah terdiri dari berbagai campuran mineral pecah lapuk dan organic pengurai, sebagai lapisan tipis penutup permukaan bumi, seta menjamin tumbuhannya tumbuhan, hewan, dan manusia (Hanafie, 2010:52). Maka dari itu, dalam pengolahan sampah B3 ini perlu dilakukan secara khusus di lokasi khusus yang membutuhkan pengawasan ketat dari pemerintah.  Limbah (B3) tersebut apabila dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, bahkan jika melakukan penanganan yang salah maka, dampaknya akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita. Tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang/dimasa yang akan datang. Sehingga kita tidak akan mengetahui seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi, namun seperti kata pepatah ”Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah baterai tersebut dikarenakan jumlah kebutuhan akan baterai karbon sangat tinggi dimana peralatan rumah seperti remote TV/AC, jam dinding, dan peralatan mainan anak-anak banyak yang menggunakan baterai tersebut. Tidak dipungkiri akan banyak dijumpai sampah-sampah baterai di lingkungan yang dikarenakan jumlah pemakaian baterai disegala jenis barang elektronik banyak yang membutuhkan. Apabila dihitung secara mudah penggunaan baterai karbon di dalam rumah digambarkan satu rumah membutuhkan sepuluh buah baterai karbon yang mempunyai daya tahan kurang lebih 90 hari atau tiga bulan dengan jumlah zat kimia rata-rata 10g dan 1ons besi/seng per baterai maka, 10g dikalikan sepuluh buah baterai sehingga jumlahnya sebesar 100g senyawa kimia dan 1kg besi/seng, sehingga dapat dikatakan dalam tiga bulan satu rumah dapat mencemari lingkungan dari senyawa kimia sebesar 100g dan 1kg besi/seng, selanjutnya dalam satu tahun dapat diakumulasikan sebesar 400g zat kimia dan 4kg besi/seng. Data tersebut hanya menunjukan penggunaan baterai karbon dalam satu rumah, angka tersebut akan mencengangkan apabila digambarkan penggunaan baterai karbon dalam satu desa yang memiliki 3000 kepala keluarga (KK) maka, dalam satu tahun masyarakat desa dapat menggunakan baterai karbon sebanyak 30 ribu biji dengan kadar zat kimia kurang lebih 120 kg dengan sampah besi/seng seberat 12 ton yang dapat mengancam kelestarian lingkungan hidup mereka (Phyllis Creme,1989:72).
Secara garis besar, persoalan tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita, bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggungjawab kita bersama untuk menanggulanginya, dengan demikian permasalahannya sekarang adalah bagaimana upaya daur ulang baterai karbon sebagai wujud pemberdayaan dan pelestarian lingkungan hidup? Atau dapat dikatakan cara mengatasi dan menanggulangi limbah baterai (B3) tersebut merupakan sesuatu yang sebenarnya harus menjadi perhatian khusus pihak pemerintah, bahkan menjadi salah satu hal yang patut menjadi perhatian kita bersama, dan bagaimana kualitas dari daur ulang baterai? Dengan kata lain kualitas dari fungsi dan ketahanan dari baterai karbon tersebut. Disisi lain apakah kepuasan masyarakat akan daur ulang baterai karbon tersebut terpenuhi? atau dapat dikatakan antara kualitas dan kepuasan masyarakat berjalan dengan serasi, tetapi timbul pula masalah mengenai cara menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya kehidupan yang ada. 
Setelah membaca artikel ini diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan, wawasan serta informasi tentang bagaimana cara daur ulang baterai karbon sebagai wujud pemberdayaan dan pelestarian lingkungan hidup, karena dalam upaya melestarikan sumber daya alam diperlukan sumber daya manusia yang cerdas, trampil dan mampu melakukan sesuatu yang baru (inovasi). Selain itu, darapkan juga manusia yang dapat menciptakan rasa kepedulian sosial tehadap lingkungan masyarakat sekitar. Karena jika masalah ini tidak dimulai dari saat ini, kapan lagi agar generasi muda yang akan datang mampu menikmati indahnya bumi kita ini. Dengan demikian, tujuan dibekalinya pengetahuan mengenai daur ulang baterai karbon akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari pembuangan limbah atau sampah sembarangan.  Banyak hal yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan limbah baterai tersebut menjadi tepat dan bukan menambahkan masalah selanjutnya. Untuk itu, pengenalan secara umum mengenai limbah baterai tersebut sangatlah penting, baik dari segi dampak serta cara mendaur ulang sampah baterai tersebut pada suatu tempat secara luas ataupun secara khusus. Tidak hanya hal itu, masyarakat juga perlu memahami dan mengetahui klasifikasi bahan kimia di dalam limbah baterai karbon tersebut, serta pengetahuan lain yang menjadi pendukung dalam mengenal limbah baterai. Tentunya hal ini merupakan suatu upaya pemanfaatan kembali limbah baterai sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan kita.

Pembahasan
Pengertian dari limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang yang rusak atau memiliki cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994:34).  Limbah adalah sisa proses produksi/air buangan pabrik-pabrik mencemarkan air di daerah sekitarnya (KBBI,1989:524). Sinonim limbah adalah sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai-nilai ekonomis, sampah juga diartikan sesuatu yang tidak berguna lagi dan dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Ecolink,1996:46). Adapun menurut jenisnya sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk dalam hai ini baterai termasuk sampah anorganik. Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang berfungsi menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Baterai adalah alat penghimpun dan pembangkit listrik (KBBI,1989:84). Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting yaitu pertama anoda (kutub positif baterai), kedua katoda (kutub negatif baterai), ketiga pasta sebagai elektrolit (penghantar). Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang terdapat pada telepon genggam. Rechargeable battery biasanya terdapat 3 jenis bahan terkandung dalam baterai ini seperti nickel cadmium (Ni Cd), nickel magnesium (Ni Mh), dan lithium (Li-ion). Baterai sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder. Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction). Baterai karbon tergolong dalam jenis baterai primer dimana baterai ini hanya dapat digunakan sekali, setelah habis energi yang terkandung di dalamnya maka, baterai ini sudah tidak dapat digunakan lagi. Adapun unsur yang terkandung di dalam baterai karbon yaitu batang karbon sebagai anoda (kutub positif baterai), seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai), dan pasta sebagai elektrolit (penghantar). Unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya.
Cara kerja baterai karbon pada dasarnya merubah energi kimia menjadi energi listrik. Perubahan tersebut dikarenakan adanya reaksi kimia yang dapat menghasilkan elektron disebut dengan reaksi elektrokimia. Kita bisa lihat
bahwa beterai memiliki dua terminal. Terminal pertama bertanda positif (+) dan terminal kedua bertanda negatif (-). Elektron-elektron dikumpulkan pada kutub negatif. Jika kita menghubungkan kabel antara kutub negatif dan kutub positif, maka elektron akan mengalir dari kutub negatif ke kutub positif dengan cepatnya. Di dalam beterai sendiri, terjadi sebuah reaksi kimia yang menghasilkan elektron. Kecepatan dari proses ini (elektron, sebagai hasil dari elektrokimia) mengontrol seberapa banyak elektron dapat mengalir diantara kedua kutub. Elektron mengalir dari baterai ke kabel dan tentunya bergerak dari kutub negatif ke kutub positif tempat dimana reaksi kimia tersebut sedang berlangsung. Seketika kita menghubungkannya antara kutub positif dengan kutub negatif maka, reaksi kimia pun dimulai. Selama perbedaan jumlah elektron yang berada pada kedua kutub baterai maka, selama itu baterai akan bertahan, tetapi jika sudah sebanding maka, reaksi elektrokimia tersebut berhenti dan dapat dikatakan energi yang terkandung dalam baterai telah habis. 
Setelah baterai karbon dinyatakan habis energinya baterai itu tidak dapat digunakan lagi, karena pasta dari bahan karbon di dalam baterai yang berupa zat kimia tidak bisa meciptakan elektrolit kembali dan terakhirnya dibuang menjadi sampah. Sebenarnya ada beberapa bahan pengganti pasta baterai yang lebih efektif dan bersahabat dengan lingkungan sekitar yaitu buah atau makanan yang mengandung elektrolit seperti kentang. Dengan melakukan beberapa perlakuan kentang dapat menghasilkan elektrolit yang dapat dijadikan sumber pada baterai karbon. Kentang merupakan salah satu makanan yang mengandung karbohidrat yang merupakan persenyawaan antara karbon, hydrogen, dan oksigen yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H2O)n. Melihat rumus empiris tersebut, maka senyawa ini dapat dikatakan sebagai ”hidrat dari karbon”. Rumus empiris seperti itu tidak hanya dimiliki oleh karbohidrat melainkan juga oleh hidrokarbon seperti asam asetat. Kandungan di dalamnya sama fungsi, yaitu sebagai penghantar listrik dari baterai.
Dilihat dari unsur yang terkandung di dalam kentang yang merupakan karbon dan dapat menghasilkan senyawa maka, upaya daur ulang limbah baterai karbon dapat dilakukan. Daur ulang mempunyai pengertian bahwa proses untuk menjadikan bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan untuk mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Berdasar pengertian tersebut dapat dimaknai pemanfaatan barang bekas atau sampah, dalam hai ini sampah baterai karbon sehingga dapat dimanfatkan lagi dengan langkah-langkah yaitu pertama, membuka ujung tabung baterai yang telah habis, kedua menyiapkan pasta kentang sebagai bahan pengganti pasta zat kimia yang terkandung di baterai, ketiga memasukan pasta kentang ke dalam tabung baterai, keempat menutup kembali ujung baterai dan mengecek tegangan/volltage pada baterai daur ulang. Adapun agar lebih jelas proses daur ulang dapat diterangkan di bawah ini:
Langkah pertama, membuka ujung pembuka baterai dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau alat lain dibagian lipatan baterai (baterai karbon biasa berbentuk tabung atau yang lain dengan lipatan sebagai pengeratnya) dengan prinsip mengeluarkan residu/serbuk hitam (karbon) yang ada di dalam baterai. Langkah kedua, menyiapkan pasta kentang pengganti serbuk hitam baterai dengan cara mengupas kulit kentang dan memotong kecil-kecil, setelah itu potongan kentang dihaluskan/ditumbuk kasar dalam hal ini jangan terlalu lembut, proses penumbukan hanya bertujuan untuk mencampur kandungan senyawa yang terkandung dalam kentang. Langkah ketiga memasukan pasta kentang, dalam memasukan pasta kentang yang sudah siap pakailah alat sendok kecil dari bahan plastik atau kayu agar elektrolit tidak terbuang serta memasukan pasta sampai penuh. Langkah keempat, menutup kembali lubang/ujung baterai dengan menggunakan tang/penjepit dengan rapat pastikan lubang tersebut rapat penuh atau tidak bocor agar udara tidak masuk kedalam tabung serta cek kembali volltage atau tegangan baterai daur ulang dengan avometer. Setelah langkah tersebut dilakukan semua maka, proses daur ulang limbah baterai karbon dinyatakan selesai dan baterai sampah yang telah didaur ulang siap untuk digunakan kembali.  
Manfaat dari daur ulang baterai karbon sangat banyak dimana baterai yang sudah habis energinya dapat dijadikan baterai yang mempunyai energi sebanding dengan baterai baru yang ada di toko atau dipasaran. Selain nilai ekonomis tersebut baterai daur ulang bahan dasar serbuknya tidak mencemari lingkungan hidup karena berasal dari kentang yang mudah hancur dan tidak berbentuk senyawa kimia yang dapat merusak tanah ataupun tanaman disekitar kita. Baterai daur ulang lebih tahan lama, karena bahan dasar serbuk diganti dengan kentang yang memiliki kandungan elektrolit sangat tinggi. Selain memberi manfaat dari segi ekonomi dan lingkungan, daur ulang baterai memberi pengetahuan bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidupnya sendiri dengan mendaur ulang baterai yang telah lemah daya emisinya. Sehingga sifat konsumtif dari masyarakat masa kini mampu diminimalisasi. Hal ini yang selalu diharapkan demi kelangsungan generasi muda kelak.
Dengan adanya pengetahuan dan wawasan dari masyarakat pada umumnya berkenaan dengan upaya untuk memfungsikan kembali nilai atau benda yang telah menjadi sampah dalam hal ini baterai karbon yang memiliki potensi pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kelangsungan makhluk hidup disekitarnya maka, dijadikan sebagai suatu gerakan dalam hal efesiensi suatu barang produksi dan dapat menimbulkan gerakan pencegahan tumpukan sampah yang tidak bermanfaat. Apabila hal positif tersebut dapat dilakukan dengan efektif tidak hanya oleh perorangan ataupun keluarga dalam hal ini lingkup yang luas, kegiatan tersebut dapat menjadi sebuah budaya cinta lingkungan alam yang dapat diturunkan atau diwariskan ke anak-anak generasi muda Indonesia khususnya.    

Penutup
Baterai adalah alat yang berfungsi menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting yaitu pertama anoda (kutub positif baterai), kedua katoda (kutub negatif baterai), ketiga pasta sebagai elektrolit (penghantar). Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Selain itu ada jenis baterai yang lain seperti rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang. Tetapi daya tahan dalam menyimpan energi listrik mempunyai batas waktu yang singkat, karena komponen-komponen yang terdapat dalam baterai telah mengalami pelemahan sehingga perlu diisi ulang. Baterai sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder. Pada dasarnya prinsip utama cara kerja baterai adalah meyimpan dan mengubah zat kimia (senyawa) menjadi energi listrik yang dapat digunakan dalam berbagai kebutuhan. Kebutuhan penggunaan baterai dalam kehidupan tidak bisa ditinggalkan apalagi baterai karbon yang memiliki nilai harga terjangkau dan keberadannya sangat mudah didapat. Alat-alat yang ada di rumah banyak yang menggunakan baterai karbon antaralain jam dinding, remot televisi/AC, dan mainan anak-anak. Kebutuhan akan baterai karbon di masyarakat sangat tinggi maka dari itu, perlu adanya pengetahuan tentang daur ulang sehingga tidak dijumpai lagi sampah-sampah baterai karbon disekeliling kita.
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau  material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Daur ulang baterai karbon dapat dilakukan dengan mengganti pasta baterai dengan makanan yang mengandung elektrolit seperti kentang. Dengan melakukan beberapa perlakuan kentang dapat menghasilkan elektrolit yang dapat dijadikan sumber pada baterai karbon. Senyawa yang dimiliki kentang antaralain karbon, hidrogen, dan oksigen yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H2O)n merupakan unsur karbon yang dapat menjadi pasta pengganti bahan kimia (serbuk hitam) pada baterai dengan langkah-langkah pertama, membuka ujung tabung baterai yang telah habis, kedua menyiapkan pasta kentang sebagai bahan pengganti pasta zat kimia yang terkandung di baterai, ketiga memasukan pasta kentang ke dalam tabung baterai, keempat menutup kembali ujung baterai dan mengecek tegangan/volltage pada baterai daur ulang. Cara inilah yang mampu mengendalikan peningkatan jumlah sampah-sampah baterai, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan.
Daur ulang baterai karbon bermanfaat dari segi ekonomis dan merupakan salah satu wujud pelestarian lingkungan yang dapat merubah cara pengetahuan dan pengolahan sampah hanya dengan menimbun, sekarang mampu mengolah dan memanfaatkannya kembali dengan lebih memperhatikan kelestarian lingkungan yaitu dengan memilih bahan yang lebih ramah lingkungan. Karena bahan dasar pasta pengganti zat kimia tidak berbahaya dimana kentang mudah hancur dan tidak berbentuk senyawa kimia yang beracun, serta merusak tanah ataupun tanaman disekitar kita. Selain itu tentunya kentang lebih mudah untuk dicerna oleh struktur tanah jika ditimbun. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan dapat memberdayakan limbah baterai karbon dengan baik dan benar, sehingga kelestarian lingkungan akibat pencemaran zat-zat kimia yang diproduksi pabrik dapat dikurangi. Lingkungan yang bersih dan sehat tanpa adanya bahan atau zat kimia yang mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup akan dapat terwujud dan selalu terjaga tentunya hal tersebut merupakan impian kita bersama di masa yang akan datang.
Sumber:
Ecolink. 1996. Cintai Alam Milik Kita. Jakarta: Balai Pustaka.

Hanafie, Rita. 2010. Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: ANDI.

KBBI.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid Dua. Jakarta: Balai Pustaka.

KIL. 1994. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: Balai Pustaka.

Phyllis, Creme. 1989. Panduan Pengerjaan Elektro. Jakarta: Balai Pustaka.



1 komentar: