Selasa, 04 Desember 2012

Membentuk karakter anak

ORIENTASI MENUJU PEMAHAMAN KOMPERHENSIF
GUNA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERKUALITAS

     Gbr. Membentuk Karakter anak
134242413613424241361342424136


 Oleh Herlini Melianasari, Pendidikan di Indonesia mengalami 134242413613424241361342424136perkembangan yang dinamis dalam berbagai aspek sampai dengan perkembangan kurikulumnya. Dalam perspektif kebijakan sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Oleh karen itu, kurikulum yang merupakan ruh dari pendidikan selayaknya dapat membekali kemampuan kepada peserta didiknya agar dapat diterima serta berkarya di masyarakat.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang memberikan keleluasaan pada guru untuk mengembangkan sendiri pembelajaran yang akan dilakukan. Tetapi pada kenyataannya KTSP belum terlaksana dengan baik dan benar. Ironisnya pemerintah kini sudah menyiapkan rancangan kurikulum baru yaitu kurikulum berbasis karakter yang akan disiapkan untuk pembelajaran di pendidikan dasar, kemungkinan 2013 implementasi pendidikan karakter ini akan dimulai. Teori pendidikan karakter dapat dikatakan menjanjikan untuk menjawab problematika pendidikan di Indonesia, tetapi dalam penerapannya kemungkinan bisa terjadi bias. Rancangan  pendidikan karakter merupakan sebuah upaya yang hendaknya memuat sebuah program yang terukur pencapaiannya, dalam hal ini harus ada alat ukur yang valid dan relevan, kalau alat ukur pencapaian sekarang dikatakan mudah karena didasarkan pada KKM. Tetapi untuk pendidikan karakter lebih rumit karena soal mengenai pendidikan karakter belum tentu dapat mengukur keadaan sebenarnya. Contohnya dalam hal kejujuran jika anda menemukan dompet di jalan, apa yang akan anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik, jawabannya adalah mengembalikan dompet pada pemiliknya. Apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan seperti dalam teorinya, hal itu sangat tergantung pada karakter/pribadi orangnya. Membentuk siswa yang berkarakter positif bukan suatu upaya mudah dan cepat melainkan memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif, serta diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat.  
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah dasar agar dapat maksimal dan berkualitas, kuncinya adalah kesiapan dari SDM para pendidik, orientasi pemahaman mendalam tentang pendidikan karakter, adanya alat ukur yang valid dan relevan, sinerginya tri pusat pendidikan (guru, keluarga dan masyarakat) serta dilakukan secara nyata bukan sekedar wacana tanpa aksi. Pendidikan karakter, seharusnya tidak semata-mata memberikan pembelajaran pengetahuan, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut diberikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.
                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar